Pages

Selasa, 08 Februari 2011

unifomitarianism: anthropogenic(ism), conditional(ism), and unavailability!!!

ANDANG BACHTIAR, Jakarta, 16 Juni 2010

Di dalam ilmu geologi kita mengenal prinsip UNIFORMITARIANISM yg sering diungkapkan sebagai: "the present is the key to the past" (masa kini adalah kunci untuk masa lalu); yg maksudnya dengan mempelajari proses2 di bumi yg terjadi pada masa sekarang ini, maka kita akan dapat menguraikan kejadian2 bumi pada masa lampau yaitu dg melihatnya pada "catatan" batuan (rock record) dan mengasumsikannya sbg produk/response dr proses kejadian di masa lalu yg serupa dg yg terjadi pd masa kini. Prinsip uniformitarianism ini seringkali juga diasosiasikan dg gradualism (proses yg berangsur), yang lawannya adalah catastrophism (katastrofi="ancur2an").

Dalam kegiatan riset, mengajar, dan menerapkan ilmu geologi sehari-hari di dunia kerja (mining, oil&gas, hazard, engineering geo, ground water) prinsip uniformitarianism ini mengejawantah dalam pemakaian model2 analog lingkungan pengendapan, sistim hidrologi sungai, letusan gunung api, dan sejenisnya untuk menerangkan fenomena2 geologi purba, baik yg berupa reservoir migas, air, tubuh cebakan mineral terkait dg volkanisme, dsb.

Meskipun aplikasinya nyata dan terbukti bermanfaat bg usaha2 manusia dalam menyejahterakan dirinya memakai ilmu geologi, terkadang terlintas juga di pikiran tentang betapa aneh dan tidak masuk akalnya bbrp hal terkait penerapan prinsip tsb secara sempit apa adanya. Lho??!!! Sampai di level yg mana kesamaan the present dg the past itu seringkali menjadi batas yang abu2 dan patut diperdebatkan. Yg jelas, pada kala sebelum Holocene sampai sekarang masih diyakini bahwa tdk ada kegiatan manusia yg mempengaruhi proses2 geologi, tidak seperti yg terjadi sekarang ini dimana anthropogenic processes/products menjadi semakin dominan mempengaruhi proses2 alamiah di bumi. Juga apakah memang selalu proses2 di alam itu ajeg kontinu tidak berubah? Pasti ada-lah perubahan2 itu; yg dengan demikian makanya bumi ini juga berubah secara pelahan. Nah bisa jadi the present sdh tdk mencerminkan lagi kondisi the past. Demikian juga ukuran skala proses yg kita amati; kita punya problem dg hal itu krn keterbatasan indrawi dan sifat manusiawi kita (yg hanya hidup "berarti" paling lama 80-90-an tahun, kurang dr siklus banjir 100tahunan,.)







Coba saja simak berikut ini:

1. Sungai Bengawan Solo yg berbelok ke arah Ujung Pangkah karena diarahkan oleh Belanda lewat saluran2 sepanjang daerah rawa2 Gresik merupakan proses pembajakan sungai antrophogenic yg tidak mungkin dicari padanannya di masa lalu, waktu masih belum ada kehidupan manusia (apalagi yg punya budaya dan teknologi). Pembelokan sungai seperti itu bisa juga terjadi "alamiah" apabila ada gempa yang memicu terbentuknya patahan baru atau mengaktifkan patahan lama sehingga aliran sungai berbelok seketika; tapi susahlah mencari padanannya bagi channel yang lurus berkilo-kilometer panjangnya utara-selatan Bengawan Solo di Gresik itu. Hanya keinginan dan kerja keras manusia yg mau potong kompas singkat dan manfaatlah yg membuat saluran itu bisa jadi lurus. Apa padanan dari "that kind of present" in "the past"? Jadi kalau proses alam ini sekarang sdh dicampur-tangani oleh manusia, hati-hati memaknai-nya dan jangan asal ambil dia sbg analog untuk proses yg terjadi di masa lampau. The anthropogenic present is not always the key to the past!!

2. Sungai dan delta Mahakam modern, yakni yg di-dating berumur 6000 th yang lalu oleh George Allen akhir-80-an dan juga oleh tim nya Harry Robert dr Lousiana State University mid 90-an; seringkali dideskripsikan sebagai delta yang tidak membentuk levee dan crevasse splay di distributary channel-nya krn memang tidak kita lihat 2 komponen morfologi tersebut muncul di delta kita sekarang ini. Nah, di otkrop-otkrop berumur Miosen di sekitar Samarinda maupun di jalan antara Bpn-Smd kita jumpai banyak contoh endapan levee dan crevasse splay yg mencirikan proses fluvial yg lebih dominan drpd yg sekarang terjadi di delta Mahakam. Nah,.. ternyata proses yg terjadi di delta Mahakam modern ini tdk sama dg proses yg terjadi di kala Miosen (krn ternyata prodk alias response-nya juga berbeda). Terus dalam hal ini: apanya yg sama yg bisa dijadikan analog spt disarankan dlm semangat "the present is the key to the past" itu?? Nah lo... hihihihihi.. Barangkali ini yang kita sebut sebagai seleceted uniformitarianism, atau mungkin conditional uniformitarianism.

3. Di danau Toba yg sekarang, kita harapkan bahwa kita bisa melihat dan mempelajari endapan danau yang menjemari dg endapan fluvial dan atau delta di pinggirannya; yaitu dg mengasumsikan bhw endapan formasi Samosir yg kita lihat di teras2 terangkat di pinggiran danau itu benar2 mencerminkan kondisi perubahan yg berselang-seling antara kondisi tenang danau (suspensi-pelagic-diatomeae atau lignitic clay) dg kondisi tidak tenang danau (pasir turbid graded bedding atau rippled). Nah, masalah utamanya, berkali-kali saat datang ke danau Toba, tidak pernah sekalipun kita datang pada situasi dimana terjadi badai di danau, atau paling tidak setelah terjadinya badai, atau kalau bukan badai ya masa kekeringan danau-lah, shg mengekspose sebagian pinggiran danau dan menjorokkan supply sedimen jauh ke dalam danau. Untuk mendapatkan kondisi itu mungkin kita harus mengamati pola musim, cuaca, dan mungkin juga cerita2 orang2 tua disana ttg kapan terjadi kondisi2 spt yg kita bayangkan seharusnya terjadi dan berasosiasi dg pasir2 yang diselipkan di lempung2 diatomeae maupun lignitic clay tersebut. Mungkin pula kondisi tersebut terjadi dlm skala ratusan tahun diluar jangkauan umur kita untuk mengamatinya. The present is not always available during our life time to become our key to open the past. Hikkkkksss...


Salam

ADB

0 komentar:

Posting Komentar