Pages

Sabtu, 27 November 2010

Indeks Prestasi untuk apa ?

Buat pencari pekerja dan pencari kerja.
Pengalaman sepekan kemarin menjalankan tugas kantor mencari fresh graduate cukup mengasyikkan. Terutama melihat mahasiswi, juga mahasiswa lah yaw :P
:( “Wah pakdhe sepekan jalan-jalan lagi to ? Pantesan blognya ngga ke-update. Ngasih presentasi seminar juga ngga dhe ?”
:D “Wee, iki tugas kantor bukan jalan-jalan”
Rasanya ada yang perlu di”share” pengalaman ini. Baik buat yang akan menjalani interview mencari kerja maupun buat rekruiter mencari pekerja.
Mencari pekerja tentunya bukan sekedar mencari orang pinter juga bukan mencari orang yang bisa diperes tenaganya untuk membantu meningkatkan produksi. Dalam industri migas terutama EP (Eksplorasi dan Produksi) yang cukup unik dibanding industri lain misal pabrik, ataupun services. Mencari pekerja muda (fresh grad) adalah mencari orang yang siap dikembangkan dan nantinya bekerja dalam sebuah tim, serta harus berkarakter kuat. Karena nature pekerjaannya memerlukan strong character dalam berargumentasi ketika menjual idenya. Dan kebetulan tugas yang dilakukan kemarin adalah mencari geoscientist dan juga engineer.
Masalah yang sering kita perdebatkan adalah soal IPK (indeks prestasi komulatip) dan kemampuan dalam mengejar kesuksesan. Ah, rasanya terlalu jauh kalau saya berbicara kesuksesan, kita bicarakan saja soal IPK dan kemungkinan diterima dalam masuk kerja.

IPK untuk Fresh Graduate


Mencari pegawai saat ini bukan hal mudah walaupun banyak yang merasakan meningkatnya jumlah pengangguran, secara mudah paling tidak ada dua kelompok yaitu kelompok yang sudah berpengalaman dan kelompok yang belum berpengalaman (fresh graduate). Kebetulan saya kebagian untuk melakukan seleksi bagi yang belum berpengalaman.

Feedback Procces (siklus pendidikan)

IPK – Indeks Prestasi Komulatifbagaimanapun sangat diperlukan dalam menentukan pekerja yang akan dipilih, tertama bagi yang belum memiliki pengalaman kerja. Walaupun disadari IPK tidak selalu menunjukkan potensi sesungguhnya dari seseorang namun IPK merupakan “alat” sorting pertama ketika proses seleksi memiliki keterbatasan, misal jumlah pelamar yang sangat banyak dengan keterbatasan waktu. Yang saya lakukan beberapa waktu lalu adalah mencari pegawai baru dari lulusan baru (fresh grad) diberi waktu untuk seleksi hanya dalam dua hari. Selama ini harus mampu menyaring dari sekian ratus pelamar untuk diambil belasan orang saja.

IPK dan fit to purposes

rekruit

Untuk menyaring tingkat pertama mau tidak mau “terpaksa” mengurutkan berdasarkan IPK. Selain IPK tentusaja juga melihat CV yang seringkali berisi kegiatan si pelamar. Kegiatan serta prestasi akademis maupun non akademis sangat diperlukan juga disini. Kemudian menentukan apa saja yang akan dilihat dari si pelamar.
Mencari pegawai tentunya disesuaikan dengan kebutuhan atau fit to purposes. Mirip mencari jodoh yang tidak selalu mencari wajah cantik atau ngganteng saja, kaan ? Semua aspek yang diinginkan harus disesuaikan dengan kebutuhan, nah kali ini saya membuat kriteria, meliputi
  • Basic knowledge (pengetahuan dasar keilmuan yang dipelajari)
  • Thesis (pengetahuan dasar yang berhubungan dengan thesis atau kerja praktek)
  • Curiosity (rasa keingintahuan)
  • English communications (kemampuan komunikasi dalam bahasa Inggris)
  • Mobility (mobilitas ini diperlukan karena ini untuk Geoscience yang akan sangat perlu untuk kesediannya bekerja di lokasi terpencil/remote)
ipk-1.jpg
Dari hasil pengumpulan CV pelamar dapat dilihat distribusi pelamar seperti disebelah ini. Hampir semua pelamar memiliki IPK diatas > 2.5. Bahkan secara sepintas mungkin secara keseluruhan pelamar yang berjumlah ratusan ini lebih banyak yang memiliki IPK diatas 3.0 dibanding yang dibawah, namun saya hanya melihat untuk yang berhubungan bidang kebumian (geology-geophysics-physics) saja.
Grafik disebalah ini dibuat secara spekulatif, hanya untuk memberikan gambaran untuk memperudah mengerti seperti apa distribusi datanya. Grafis plotting antara IPK dengan FTP (Fit to Purposes/kecocokan) dapat memberikan gambaran bahwa sebenarnya yang kita lihat hanyalah dalam satu kelmpok data (cluster data) didalam total sebaran data.
Kalau dilihat secara keseluruhan sebenarnya semua pelamar terkonsentrasi pada satu bagian kecil saja. Tidak mudah untuk melihatnya, sehingga perlu melihat detilzoom kalau ingin menggunakannya. Seolah menunjukkan bahwa IPK bukanlah parameter yang paling tepat, karena data-pointnya mengumpul pada satu tempat saja.
Jelas tidak mungkin dapat menyeleksi hanya berdasar kriteria IPK saja. Angka perbedaan nol koma sekian tidak mungkin dipakai karena angka ini bisa jadi karena bias dari matakuliah yang bukan memenuhi kriteria. Misalnya matakuliah ilmu pertambangan yang mungkin jauh berkorelasi dibandingkan dengan nilai mata kuliah ilmu perminyakan.

Cara praktis

Pada waktu awal yang sering dilakukan oleh penyeleksi adalah melihat CV dan IPK. Ini hanyalah mengejar kepraktisan dalam menyeleseikan tugas menyeleksi. Seleksi awal ini menentukan siapa yang akan di wawancara untuk melihat lebih jauh potensi serta kemampuan di pelamar yang sesuai dengan kebutuhan. Sekali lagi yang sesuai dengan kebutuhan. Jadi bukan berarti yang tidak lolos adalah yang terburuk itu sama sekali bukan. Kecocokan (fit to purposes) akan menjadi hal yang utama ketimbang prestasi yang sudah dicapai yang terlihat pada CV.
:( “Pakdhe kalau aku cocoknya jadi apa ?”
:D “Whalla, kalau criwis gitu kamu jadi penyiar saja thole.
:( “Wah Pakdhe niku gitu deh”
:D “Jangan anggap remeh penyiar atau presenter, looh. Kalau kamu bisa menjadi penyiar dan pembawa acara dan akhirnya diterima CNN seperti Larry King. Kau bisa berkelas dunia, thole”
Hampir 70% dari pelamar ternyata memiliki IPK yang cukup tinggi. Persyaratan IPK diatas 3.0 sudah lumrah saat ini. Namun nilai yang muncul seringkali tidak mencerminkan kecocokan, disinilah letak tantangannya. IPK memang bukan satu-satunya tolok ukur kecocokan. Namun karena keterbatasan waktu terpaksa memotong beberapa orang yang disesuaikan antara CV dengan IPK.

ipk.jpgLook the detail

Setelah dilakukaninterview/wawancara dapat terlihat bahwa ternyata memang ada hubungan erat antara kecocokan dengan IPK. Namun yang menarik adalah ketika berhubungan dengan yang ber IPK sangat tinggi (10% teratas), seringkali menghadapi kendala dalam beberapa hal. Ada yang memiliki kemampuan komunikasi yang kurang. Ini tidak selalu berarti bahasa inggrisnya buruk. Kalau dilihat pada CVnya menunjukkan TOEFL yang diatas 500 (namun saya tidak sempat mengecek keabsahannya). Ada yang grammer serta pengucapannya bagus tetapi terlalu pendiam. Selain itu ada juga yang sepertinya lebih cenderung menyukai pekerjaan di research center. Ini memang tipikal nerd. Dan bukan berarti ngga bagus, hanya saja akan cocok di lembaga riset.
Dengan demikian IPK yang 10% teratas ini ini memang mereka-mereka yang ekstra ordinary, mereka bukannya tidak bagus potensinya, tetapi beberapa dari mereka ini justru sudah cukup “tegas” pilihannya sehingga memerlukan penempatan (placement) yang khusus untuk lebih mengoptimumkan potensinya. Sayangnya tidak cocok dengan kebutuhan yang aku cari. Padahal secara personal banyak yang aku sukai dengan mereka yang berIPK extra ini. Kebanyakan mereka memang mengerti apa yang dikerjakannya, dan mereka mengerti apa yang diinginkannya. Sehingga ketika digabungkan dengan faktor2 lainnya sering justru tidak menemukan kecocokan dengan kebutuhan perusahaan. Misalnya, mereka yang pinter ini menginginkan sebuah pekerjaan yang sangat spesifik semacam riset, namun sayangnya perusahaan tidak memiliki fasilitas riset yang mungkin malah akan membuatnya kecewa dikemudian hari. Selain itu banyak juga yang sudah mengikuti test interview ditempat lain yang menunjukkan mereka memang terpilih.
  • Menggunakan IPK secara utuh yang ada di daftar nilai lengkap memang cukup membantu, namun akan lebih bagus seandainya dapat mengelompokkan sendiri matakuliah yang berhubungan dengan kebutuhan.
  • Penulisan CV yang sederhana dan “eye catch” akan sangat membantuinterviewer/recruiter menggali potensi serta serta kemampuan si pelamar sendiri.
  • Untuk mahasiswa, tetaplah mengejar IPK tinggi karena bagaimanapun juga seleksi awal seringkali menggunakan hal itu ketika jumlah pelamar sangat banyak.
  • Ingat, mencari pekerja bukan hanya berdasarkan kriteria yang terbaik tetapi yang paling cocok dengan kebutuhan. kalau anda gagal dalam interview mungkin hanya karena ketidak cocokan saja. Carilah jenis pekerjaan lain yang sesuai dengan minat serta bakat dan kemampuan yang dimiliki. Mengerti diri sendiri itu didahuukan sebelum mengerti pihak lain.
:( “Wah Pakdhe, Masih banyak hal-hal menarik dalam hal rekruiting ini”.
:D “Betul Thole, termasukdalam diskusi dibawah ini.”
Coba baca dan ikut bertanyalah serta menjawab secara aktif. Nanti aku juga coba bantu menjawab. :P . Kalau masih penasaran soal IPK, Pakdhe tuliskan di blog sebelah sebelumnya ttg IPK vs  soft skill

0 komentar:

Posting Komentar