(Tulisan = Emha Ainun Nadjib)
.
.
.
Pertanyaan imajiner = Setan tuh ngapain aja sih ?.
.
Setan (tidak pernah cape'-cape'-nya)...BERUPAYA....(makin lama
makin) PANDAI menggali PELUANG..............
Peluang untuk apa?
Peluang untuk MEMASUKKAN PARTIKEL2 ENERGI........................
....dan MEMASUKKAN PARTIKEL2 NILAI (Versi Setan tentunya)....
Kemana?..........................Kedalam PORI2 KEJIWAAN kita.
.
Pertanyaan imajiner = Kalau setan (tidak pernah cape') masuk2in
ENERGI dan NILAI (versi setan) terus-menerus kedalam..............
PORI2 KEJIWAAN,....lama2 kita bisa kebobolan dong...................
lalu.....keputusan-keputusan yg selama ini kita buat;.................
Siapakah SEBENARNYA yg menjadi DECISSION-MAKER?.
PENGAMBIL-KEPUTUSAN sebenarnya adalah Setan.
Tentu saja, SETAN (yang model begini) TIDAK bisa kita pandang
dengan TERMINOLOGI..............MATERI.......atau.....JAS ADIYAH.
Setan (yang ini) merupakan ENERGI Ber-GELOMBANG.
.
(GELOMBANG SETAN...LEBIH PENDEK DARI GELOMBANG KITA.......
oleh sebab itu....kita..SELALU BERADA DALAM KEADAAN MERUGI).
.
Pertanyaan imajiner = Sebenarnya kita nih masih orang..............
atau sudah manusia?.......................................... .................
.
Kita sedang meyakini badan kita....bahwa...kita adalah manusia.
.
Pertanyaan imajiner = Tapi kan ada yg namanya TERMIN-TERMIN?.
.
(Betul............)...............Tapi itu semua adalah termin-termin yg
SANGAT MATERIIL,.....(terlalu) BAKU,....dan (sangat) ELEMENTER.
.
Pertanyaan imajiner = Apakah kita BENAR-BENAR kenal diri?.
.
Sebenarnya,...kita TIDAK benar-benar mengenali diri kita.
.
Pertanyaan imajiner= Karena setan memasukkan PARTIKEL2 ENERGI
dan PARTIKEL2 NILAI (versi setan) kedalam PORI2 KEJIWAAN kita
secara teruuuuuuuuuuuuuuuuuuus menerus, dan (kayaknya) kita
kebobolan,..apakah mungkin kita bisa menjadi BONEKA2nya setan?.
.
(Yaaa..mungkin saja).........PADA KONTEKS TERTENTU.................
dan itu SANGAT SERIUS, dan merupakan MAINSTREAM.................
Kita mungkin sekali adalah BONEKA-BONEKAnya setan.
.
Pertanyaan imajiner = Apakah semacam robot?.
.
(Betul...)...Kita hanya ROBOT yg di remote-control oleh (kehendak)
Setan.
.
Pertanyaan imajiner = Apakah kita semacam Alat?.
.
(Betul...)...Kita hanya INSTRUMEN dari kemauan-kemauan Setan.
Pertanyaan imajiner = Bagaimana dg pengetahuan baku dan
..............................penelitian para Doktor?.............................
.
JANGAN mengandalkan ilmu pengetahuan baku dari SEKOLAHAN atau
UNIVERSITAS....................................... .................................
Sebab...........PENELITIAN di WILAYAH (sekolahan atau universitas)
TIDAK AKAN sampai pada HIPOTESA.
TIDAK AKAN sampai pada IDENTIFIKASI.
TIDAK AKAN sampai pada INVENSI/PENEMUAN tentang TUHAN,
ttg MALAIKAT, ttg IBLIS, ttg JIN, dsb, dsb.
.
Pertanyaan imajiner = Kenyataannya, kita ini sebenarnya sedang
ngapain sih dari lahir sampai nanti kematian tiba?.
.
Kita sedang menghabiskan waktu untuk bermain-main.
.
Pertanyaan imajiner = Kan banyak nih topik2 yg di-omongin setiap
hari, ttg negara lah, demokrasi lah, pemilu lah, pokoknya banyak deh.
Sebenarnya kita bener-bener paham engga sih yg kita omongin itu?.
.
Yg namanya... NEGARA, DEMOKRASI, PEMILU, CLEAN-GOVERNMENT,
PENGAJIAN, TAUSHIYAH, MAU'IDHAH-HASANAH,...........
BAND dan LAGU2, TAYANGAN2 TV...........
(sebenarnya) semua itu TIDAK benar2 kita pahami.
.
Pertanyaan imajiner = Apakah mempelajari Setan (dlm aliran darah)
bisa menjadi satu cara (alternatif) guna mempelajari DIRI?.
.
(Yaa betul....)...bahkan sebagai salah satu metode PALING PRAKTIS
(EFFISIEN).
.
Pertanyaan imajiner = Apakah kita semua korban tipu-daya setan?.
.
(Yaa betul....)...semua sedang menjadi korban tipu-daya Setan.
.
Pertanyaan imajiner = Setan melakukan tipu-daya atas nama apa?.
.
(Atas nama).......KEMAJUAN. (via tv, dikantor, dipasar, dimanapun).
.
Pertanyaan imajiner = Mempelajari setan;....batas2nya?
.
Mempelajari setan,..dalam SEGALA WILAYAH,..(berbagai) KONTEKS
dan (semua) SKALA.
.
Pertanyaan imajiner = Tuhan bilang apa ttg setan-setan?.
.
Allah ber-firman = "Mereka melakukan tipu-daya,......dan Aku juga".
"Aku kasih waktu sejenak kepada mereka".
.
Pertanyaan imajiner = Apakah kondisi bangsa kita masih bisa
.................................................. ....disembuhkan?.................
.
Jatah (waktu) untuk menyembuhkan (jati) diri bangsa kita............
sudah berlalu.
.
Pertanyaan imajiner = Apakah kesempatan sudah hilang?.
.
(Yaa betul...)...METABOLISME ZAMAN sudah tiba di putaran (yg
tidak terjangkau lagi)...........dimana (karena keterlambatan itu)
kita jadi memerlukan jangka waktu (yg lamanya luar biasa)
untuk bisa menyembuhkan kita semua sbg bangsa.
.
Pertanyaan imajiner = Jadi......untuk masa sekarang ini................
...........bagaimanakah pendapat bung EMHA ttg negara kita ini?....
.
INDONESIA SUDAH "MATI".
Sampai dengan th 2015 (nanti), kita akan semakin terpecah.
.................................................. ......semakin tertipu-daya.
.
Pertanyaan imajiner = Apakah kita juga penipu?.
Apakah termasuk kita menipu diri kita sendiri?.
.
(Yaa betul...)...Kita sendiri SUDAH TERBIASA
.............................menipu diri kita sendiri.
.
..............................SEMUA SISI KEHIDUPAN KITA SUDAH PALSU.
.
Pertanyaan imajiner = Setan bilang apa yaa ttg orang?.
.
(menghadapi orang?).....Setan bilang "Tidak ada tantangan lagi".
(orang?......)......................."Bukan tandingan setan sama sekali"
(orang?......)........................."Sangat mudah dikendalikan".
(orang?......)........................"Sangat tidak memiliki ketahanan"
..................."SUNGGUH...sdh tdk menarik lagi bertugas sbg setan".
.
.
Duluu.......kakek-moyangnya setan........yaitu..............................
Iblis di-IDZIN-kan oleh Allah untuk...membangkang...yaitu tidak mau
menghormati ADAM.............................................. ...................
.
.
Sekarang.......................................... ....................................
Setan berbisik = "Duluuuuu.....kakek-moyang kami tidak mau
menghormati ADAM;
.................................................. ........................................
Kakek-moyang kami...minta (waktu)...SATU PERIODE zaman kepada
Allah (satu periode saja...cukup)..untuk membuktikan ARGUMENTASI
kenapa dulu kakek-moyang kami tidak mau bersujud kpd ADAM".
.
(Sekarang terbukti)......................................... ...........
"Ternyata memang TIDAKLAH tepat (kalau dulu) kakek-moyang kami
bersujud kepada ADAM.............................................. ...............
karena ternyata sekarang terbukti bahwa anak keturunan ADAM
SANGAT BER-RAMAI2 dan KOMPAK menyembah kami", kata Setan.
.................................................. ...........................................
Minggu, 03 Februari 2019
.Kenapa Banyak Sekali Orang2 yang Nyicil Simpati Kepada Setan?.
Diposting oleh
rizki perdana putra
di
19.21
0
komentar
Kirimkan Ini lewat Email
BlogThis!
Bagikan ke X
Berbagi ke Facebook
Senin, 09 Januari 2012
geologi regional pantai selatan JAWA
geologi regional pantai selatan JAWA
Pengangkatan Pegunungan Selatan pada Kala Plistosen Awal, telah membentuk Cekungan Yogyakarta. Di dalam cekungan tersebut selanjutnya berkembang aktivitas gunung api (Gunung) Merapi. Didasarkan pada data umur penarikhan 14C pada endapan sinder yang tersingkap di Cepogo, aktivitas Gunung Merapi telah berlangsung sejak ±42.000 tahun yang lalu; sedangkan data penarikhan K/Ar pada lava di Gunung Bibi, aktivitas gunung api tersebut telah berlangsung sejak 0,67 jtl. Tinggian di sebelah selatan dan kemunculan kubah Gunung Merapi di sebelah utara, telah membentuk sebuah lembah datar. Bagian selatan lembah tersebut berbatasan dengan Pegunungan Selatan, dan bagian baratnya berbatasan dengan Pegunungan Kulon Progo. Kini, di lokasi-lokasi yang diduga pernah terbentuk lembah datar tersebut, tersingkap endapan lempung hitam. Lempung hitam tersebut adalah batas kontak antara batuan dasar dan endapan gunung api Gunung Merapi. Didasarkan atas data penarikhan 14C pada endapan lempung hitam di Sungai Progo (Kasihan), umur lembah adalah ±16.590 hingga 470 tahun, dan di Sungai Opak (Watuadeg) berumur 6.210 tahun. Endapan lempung hitam di Sungai Opak berselingan dengan endapan Gunung Merapi. Jadi data tersebut dapat juga diinterpretasikan sebagai awal pengaruh pengendapan material Gunung Merapi terhadap wilayah ini. Di Sungai Winongo (Kalibayem) tersingkap juga endapan lempung hitam yang berselingan dengan lahar berumur 310 tahun. Jadi, aktivitas Gunung Merapi telah mempengaruhi kondisi geologi daerah ini pada ±6210 hingga ±310 tl.
Gambar 2.1 Pegunungan Selatan
2.1 Geografi regional
Pegunungan selatan merupakan suatu pegunungan blok patahan yang membujur dari barat dan timur, yang secara struktural deretan pegunungan tersebut terletak pada penampang utara sampai selatan. Pegunungan selatan ini berada di kabupaten Gunung Kidul. Kabupaten gunung kidul adalah sebuah kabupaten di provinsi daerah istimewa Jogjakarta, ibukotanya Wonosari. Kabupaten ini berbatasan dengan provinsi Jawa Tengah di utara dan timur, samudera Hindia di selatan, serta kabupaten Bantul dan Sleman di barat. Kabupaten Gunung Kidul terdiri atas 18 kecamatan, yang dibagi lagi atas sejumlah desa dan kelurahan. Pusat pemerintahan di kecamatan gunung Kidul. Sebagian besar wilayah kabupaten ini berupa perbukitan dan pegunungan kapur, yakni bagian dari Pegunungan Sewu. Sebagian dari wilayah Gunung Kidul merupakan daerah tandus, dimana pada musim kemarau sering terjadi kekeringan.
2.2 Fisiografi Pegunungan Selatan
Menurut deskripsi Pannekoek (1949), fisiografi Pegunungan Selatan Jawa, yang membujur mulai dari wilayah Jogyakarta di bagian barat hingga daerah blambangan di ujung timur Jawa Timur menampakkan bentukan plato sebagai hasil proses pengangkatan (Uplifted Peneplain) terhadap batuan berumur miosen. Sebagai akibat proses pengangkatan kawasan batu gamping yang berkembang dari pegunungan selatan khususnya di wilayah Gunung Kidul Wonogiri dan Pacitan, berkembang dari topografi Karst dengan system drainase bawah tanahnya, (Subterranean Drainage). Sementara itu, kenampakan platonyapun akhirnya berubah menjadi bukit-bukt kecil berbentuk kerucut (Conical Hillocks) yang dikenal dengan Gunung Sewu. Di sisi selatannya, hantaran gelombang Samudra Hindia terus menerus membentuk lereng-lereng terjal (Cliff) yang dibeberapa tempat diselilingi oleh teluk-teluk yang sebagian terhubung dengan wilayah kedalaman melalui lembah-lembah kering.
Di sisi utaranya perbukitan Gunung Sewu berbatasan dengan dua buah Ledok (Bassins) yaitu Ledok Wonosari dibagian Barat dan Ledok Baturetno di bagian timur. Ledok Wonosari hingga kini masih mempertahankan pola drainase aslinya dialiran sungai Oyo yang mengalir menembus tebing-tebing tinggi di ujung barat. Ledok Baturetno di daerah Wonogiri yang semula daerah hulu dari sebuah sungai yang mengalir ke selatan sebagaimana ditunjukkan melalui lembah Giritontro yang membelah Gunung Sewu ke arah Samudra Hindia akhirnya berubah menjadi anak sungai bagi Bengawan Solo yang hingga kini mengalir ke utara. Di sisi utara kedua Ledok terdapat punggungan-punggungan tinggi dengan sisa-sisa Planasinya yang tetap dipertahankan. Batas utara dari punggungan tersebut berupa tebing curam (Steep Escartment), memanjang mulai daerah Parangtritis ke utara, di selatan Prambanan berbelok ke arah timur hingga Wonogiri. Di sebelah utaranya membentang dataran rendah dimana lipatan batuan yang lebih tua turun cukup dalam, tertutup oleh kipas-kipas fluvio-volkanik muda dari beberapa Gunung Api.
Mengenai umur pengangkatan pegunungan selatan Jawa, von koenigswald memperkirakan terjadi pada akhir Pleistocene bawah. Indikasi mengenai umur tersebut diperoleh di bagian kipas-kipas batu gamping gunung sewu, berupa sisa-sisa fauna Pleistocene bawah (tapirus dan rhinoceros) yang hidup pada daerah humid dengan kondisi lingkungan rawa. Hal ini membuktikan bahwa lokasi temuan tersebut pada waktu itu terletak di bagian rendah, yang kemudian terangkat sehingga aliran permukaannya hilang.
Tebing terjal di sepanjang sisi utara pegunungan selatan Jawa pada kenyataannya tidak memiliki kenampakan seperti garis lurus. Di beberapa bagian, khususnya di sebelah selatan gunung Lawu dan Wilis, terdapat ujung-ujung yang menjorok kea rah utara. Ujung kurva (“spur”) di selatan gunung Wilis bahkan mengarah jauh ke utara menembus tubuh Wilis tua dan kemudian tertutup oleh deposit volkanik, sedangkan di sebelah tenggara selatan gunung Lawu, bagian utara dari “spur” merupakan blok terpisah yang membentuk gunung Gijono. Secara keseluruhan, bagian tenggara gunung Wilis merupakan system lembah yang menyusup dari depresi tengah ke dalam zona plato ( di dekat kota tulung agung).
Bagian dasarnya merupakan lembah-lembah lebar yang sebagian besar tertutup dan tenggelam di bawah sedimen, membentuk bentangan sedemikian rupa dari depresi tengah kea rah selatan. Sebagai akibatnya, zona plato (pegunungan selatan) seolah mundur ke arah selatan, menyisakan punggungan runcing dan rendah yang memisahkan sebaran lembah dengan Samudera Hindia ( di dekat teluk popoh ). Tampaknya telah terjadi amblesan di bagian ini yang memperendah dan mendorong pembentukan sistem lembah yang kemudian terisi sedimen. Bahkan pada saat ini bagian terluas dari dasar lembah telah tertutup oleh rawa yang luas (rawa bening). Ke arah timur dari teluk popoh, kenampakan pegunungan selatan berupa plato dengan kemiringan ke selatan, di beberapa tempat terdapat bukit-bukit kecil karst. Berbeda dengan di bagian barat, sisi utara pegunungan selatan di daerah ini relatif melandai, tidak dibatasi tebing terjal. Di sebelah selatan gunung semeru, zona selatan mengalami pemotongan oleh sebuah ngarai yang berkelok-kelok (sinuous canyon), yang sebagian terisi oleh alian volkanik Semeru. Di bagian ini juga terdapat lengkungan ke utara membentuk, sebuah “spur” seperti di sebelah selatan Wilis, dengan kurva yang lebih ramping dan memiliki kontur cekung.
Ujung dari rentangan plato selatan tampaknya terletak pada perlapisan di bawah dataran alluvial dari depresi melintang Lumajang. Pada paparan dangkal, di sebelah selatannya terdapat pulau Nusa Barung, yang tersusun atas batu gamping dengan sejumlah conical karstnya. Di sebelah timur dari depresi melintang lumajang, pegunungan selatan muncul lagi pada ketinggian Gunung Ketiri. Bagian ini dikepung oleh potongan-potongan terpisah massa batuan yang mencuat di atas dataran alluvial yang mengapitnya. Bagian terakhir dari pegunungan selatan, adalah semenanjung atau jazirah Blambangan yang terkesan aneh, tersusun atas plato batu gamping yang menampakkan kembali karakteristik zona plato selatan walaupun tingkat kelarutan batuannya kurang intensif dibandingkan dengan Gunung Sewu. Bagian ini tampaknya dibatasi oleh patahan-patahan di semua sisinya. Pada sisi baratnya terdapat pola kelurusan, segaris dengan pantai timur Jawa sepanjang selat bali, sedangkan batas luar sisi selatan dan timur lautnya ditandai oleh garis-garis kontur yang dalam dan lurus. Mesikpun secara fisiografis pulau Jawa berakhir di sini, bukan berarti bahwa zona tektonik dan fisiografi terhenti di sini pula. Karakter topografi yang sama ternyata muncul kembali di kepulauan Sunda Kecil yang membentuk semenanjung atau jazirah di selatan Bali, pulau Nusa Penida, dan barisan selatan Lombok.
Gambaran di atas merupakan gambaran fisiografi pegunungan selatan atau zona plato selatan Jawa bagian timur. Di sebelah utara zona ini terdapat zona tengah, yaitu zona depresi yang ditumbuhi oleh deretan gunung api. Pada dasarnya zona ini merupAKAN bagian lipatan yang lebih rendah disbanding dengan kedua zona yang mengapitnya, yang kemudian terisi oleh endapan hasil aktifitas gunung api membentuk kipas fluvial-vulkanik yang luas ke area sekelilingnya. Di beberapa tempat batuan dasar dari masa yang lebih tua tidak tertutup oleh endapan volkanik. Menurut Bemmelen (1949), pegunungan yang menjadi generasi pertama kala Pleistocene adalah gunung Wilis tua, Lawu tua, pegunungan iyang, dan gunung anjasmoro yang kini telah terkikis sehingga puncaknya menjadi teratur. Zona paling utara di bagian timur Jawa adalah zona lipatan yang terdiri atas pegunungan kendeng di selatan, perbukitan rembang di utara, dan dataran rendah di antara keduanya (periksa juga Watanabe dan Kadar, 1985). Dataran rendah ini dikenal sebagai depresi randubelatung.
2.3 Lithostratigrafi
Urutan lithostratigrafi daerah penelitian dimulai dari batuan-batuan yang paling tua adalah dari formasi semilir, yang terdiri dari perselingan breksi tufa, breksi batu gamping, tufa dasit, tufa andesit, serta batu lempung tufaan. Formasi semilir bersilang dari bawah permukaan dengan batu gamping, batu pasir napalan dan napal dari formasi sentolo.
Di atas formasi semilir diendapkan secara slearas breksi andesit, batu pasir, breksi batu lempung, dan batu pasir dari formasi nglanggran. Di atas formasi nglanggran diendapkan secara tidak selaras setempat-setempat batuan-batuan dari formasi sambipitu, yang terdiri dari perselingan batu pasir dan serpih, kadang-kadang banyak dijumpai batu lanau, batu lempung, dan batu lempung kerikilan.
Di atas batuan-batuan ini diendapkan secara selaras batuan-batuan dari formasi oyo yang terdiri dari kalkarenit, kalsirudit, dan napal. Formasi-formasi tersebut mempunyai umur miosen bawah bagian akhir sampai miosen atas bagian akhir. Di atas batuan-batuan tersier tersebut secara tidak selaras diendapkan alluvial yang berumur denga endapan vulkanik merapi muda. Endpan-endapan tersebut dari pasir, lanauan, pasil kerikilan, lanau, dan lempung yang merupakan endapan pada system sungai. Struktur geologi yang berkembang di daerah penelitian adalah sesar geser dan sesar normal. Struktur kekar erkembang pada batuan batuan yang berumut tersier.
Daerah pengisian (recharge area) terdapat pada tubuh dan kaki dalam Gunung Merapi, sedangkan daerah penelitian merupakan daerah luahan (discharge area). Batuan – batuan yang berumur tersier di daerah penelitian, mempunyai permeabilitas sangat kecil sehingga dalam hal ini dianggap sebagai batuan dasar. Batuan – batuan ini pada umumnya mempunyai produktivitas sangat kecil. Di beberapa tempat muncul mata air dengan debit di bawah 0,5 liter/detik, biasanya air tanah tersebut hanya dapat dipakai untuk keperluan rumah tangga saja. Air tanah pada batuan – batuan ini menempati zona pelapukannya.
Gambar 2.1 Pegunungan Selatan
2.1 Geografi regional
Pegunungan selatan merupakan suatu pegunungan blok patahan yang membujur dari barat dan timur, yang secara struktural deretan pegunungan tersebut terletak pada penampang utara sampai selatan. Pegunungan selatan ini berada di kabupaten Gunung Kidul. Kabupaten gunung kidul adalah sebuah kabupaten di provinsi daerah istimewa Jogjakarta, ibukotanya Wonosari. Kabupaten ini berbatasan dengan provinsi Jawa Tengah di utara dan timur, samudera Hindia di selatan, serta kabupaten Bantul dan Sleman di barat. Kabupaten Gunung Kidul terdiri atas 18 kecamatan, yang dibagi lagi atas sejumlah desa dan kelurahan. Pusat pemerintahan di kecamatan gunung Kidul. Sebagian besar wilayah kabupaten ini berupa perbukitan dan pegunungan kapur, yakni bagian dari Pegunungan Sewu. Sebagian dari wilayah Gunung Kidul merupakan daerah tandus, dimana pada musim kemarau sering terjadi kekeringan.
2.2 Fisiografi Pegunungan Selatan
Menurut deskripsi Pannekoek (1949), fisiografi Pegunungan Selatan Jawa, yang membujur mulai dari wilayah Jogyakarta di bagian barat hingga daerah blambangan di ujung timur Jawa Timur menampakkan bentukan plato sebagai hasil proses pengangkatan (Uplifted Peneplain) terhadap batuan berumur miosen. Sebagai akibat proses pengangkatan kawasan batu gamping yang berkembang dari pegunungan selatan khususnya di wilayah Gunung Kidul Wonogiri dan Pacitan, berkembang dari topografi Karst dengan system drainase bawah tanahnya, (Subterranean Drainage). Sementara itu, kenampakan platonyapun akhirnya berubah menjadi bukit-bukt kecil berbentuk kerucut (Conical Hillocks) yang dikenal dengan Gunung Sewu. Di sisi selatannya, hantaran gelombang Samudra Hindia terus menerus membentuk lereng-lereng terjal (Cliff) yang dibeberapa tempat diselilingi oleh teluk-teluk yang sebagian terhubung dengan wilayah kedalaman melalui lembah-lembah kering.
Di sisi utaranya perbukitan Gunung Sewu berbatasan dengan dua buah Ledok (Bassins) yaitu Ledok Wonosari dibagian Barat dan Ledok Baturetno di bagian timur. Ledok Wonosari hingga kini masih mempertahankan pola drainase aslinya dialiran sungai Oyo yang mengalir menembus tebing-tebing tinggi di ujung barat. Ledok Baturetno di daerah Wonogiri yang semula daerah hulu dari sebuah sungai yang mengalir ke selatan sebagaimana ditunjukkan melalui lembah Giritontro yang membelah Gunung Sewu ke arah Samudra Hindia akhirnya berubah menjadi anak sungai bagi Bengawan Solo yang hingga kini mengalir ke utara. Di sisi utara kedua Ledok terdapat punggungan-punggungan tinggi dengan sisa-sisa Planasinya yang tetap dipertahankan. Batas utara dari punggungan tersebut berupa tebing curam (Steep Escartment), memanjang mulai daerah Parangtritis ke utara, di selatan Prambanan berbelok ke arah timur hingga Wonogiri. Di sebelah utaranya membentang dataran rendah dimana lipatan batuan yang lebih tua turun cukup dalam, tertutup oleh kipas-kipas fluvio-volkanik muda dari beberapa Gunung Api.
Mengenai umur pengangkatan pegunungan selatan Jawa, von koenigswald memperkirakan terjadi pada akhir Pleistocene bawah. Indikasi mengenai umur tersebut diperoleh di bagian kipas-kipas batu gamping gunung sewu, berupa sisa-sisa fauna Pleistocene bawah (tapirus dan rhinoceros) yang hidup pada daerah humid dengan kondisi lingkungan rawa. Hal ini membuktikan bahwa lokasi temuan tersebut pada waktu itu terletak di bagian rendah, yang kemudian terangkat sehingga aliran permukaannya hilang.
Tebing terjal di sepanjang sisi utara pegunungan selatan Jawa pada kenyataannya tidak memiliki kenampakan seperti garis lurus. Di beberapa bagian, khususnya di sebelah selatan gunung Lawu dan Wilis, terdapat ujung-ujung yang menjorok kea rah utara. Ujung kurva (“spur”) di selatan gunung Wilis bahkan mengarah jauh ke utara menembus tubuh Wilis tua dan kemudian tertutup oleh deposit volkanik, sedangkan di sebelah tenggara selatan gunung Lawu, bagian utara dari “spur” merupakan blok terpisah yang membentuk gunung Gijono. Secara keseluruhan, bagian tenggara gunung Wilis merupakan system lembah yang menyusup dari depresi tengah ke dalam zona plato ( di dekat kota tulung agung).
Bagian dasarnya merupakan lembah-lembah lebar yang sebagian besar tertutup dan tenggelam di bawah sedimen, membentuk bentangan sedemikian rupa dari depresi tengah kea rah selatan. Sebagai akibatnya, zona plato (pegunungan selatan) seolah mundur ke arah selatan, menyisakan punggungan runcing dan rendah yang memisahkan sebaran lembah dengan Samudera Hindia ( di dekat teluk popoh ). Tampaknya telah terjadi amblesan di bagian ini yang memperendah dan mendorong pembentukan sistem lembah yang kemudian terisi sedimen. Bahkan pada saat ini bagian terluas dari dasar lembah telah tertutup oleh rawa yang luas (rawa bening). Ke arah timur dari teluk popoh, kenampakan pegunungan selatan berupa plato dengan kemiringan ke selatan, di beberapa tempat terdapat bukit-bukit kecil karst. Berbeda dengan di bagian barat, sisi utara pegunungan selatan di daerah ini relatif melandai, tidak dibatasi tebing terjal. Di sebelah selatan gunung semeru, zona selatan mengalami pemotongan oleh sebuah ngarai yang berkelok-kelok (sinuous canyon), yang sebagian terisi oleh alian volkanik Semeru. Di bagian ini juga terdapat lengkungan ke utara membentuk, sebuah “spur” seperti di sebelah selatan Wilis, dengan kurva yang lebih ramping dan memiliki kontur cekung.
Ujung dari rentangan plato selatan tampaknya terletak pada perlapisan di bawah dataran alluvial dari depresi melintang Lumajang. Pada paparan dangkal, di sebelah selatannya terdapat pulau Nusa Barung, yang tersusun atas batu gamping dengan sejumlah conical karstnya. Di sebelah timur dari depresi melintang lumajang, pegunungan selatan muncul lagi pada ketinggian Gunung Ketiri. Bagian ini dikepung oleh potongan-potongan terpisah massa batuan yang mencuat di atas dataran alluvial yang mengapitnya. Bagian terakhir dari pegunungan selatan, adalah semenanjung atau jazirah Blambangan yang terkesan aneh, tersusun atas plato batu gamping yang menampakkan kembali karakteristik zona plato selatan walaupun tingkat kelarutan batuannya kurang intensif dibandingkan dengan Gunung Sewu. Bagian ini tampaknya dibatasi oleh patahan-patahan di semua sisinya. Pada sisi baratnya terdapat pola kelurusan, segaris dengan pantai timur Jawa sepanjang selat bali, sedangkan batas luar sisi selatan dan timur lautnya ditandai oleh garis-garis kontur yang dalam dan lurus. Mesikpun secara fisiografis pulau Jawa berakhir di sini, bukan berarti bahwa zona tektonik dan fisiografi terhenti di sini pula. Karakter topografi yang sama ternyata muncul kembali di kepulauan Sunda Kecil yang membentuk semenanjung atau jazirah di selatan Bali, pulau Nusa Penida, dan barisan selatan Lombok.
Gambaran di atas merupakan gambaran fisiografi pegunungan selatan atau zona plato selatan Jawa bagian timur. Di sebelah utara zona ini terdapat zona tengah, yaitu zona depresi yang ditumbuhi oleh deretan gunung api. Pada dasarnya zona ini merupAKAN bagian lipatan yang lebih rendah disbanding dengan kedua zona yang mengapitnya, yang kemudian terisi oleh endapan hasil aktifitas gunung api membentuk kipas fluvial-vulkanik yang luas ke area sekelilingnya. Di beberapa tempat batuan dasar dari masa yang lebih tua tidak tertutup oleh endapan volkanik. Menurut Bemmelen (1949), pegunungan yang menjadi generasi pertama kala Pleistocene adalah gunung Wilis tua, Lawu tua, pegunungan iyang, dan gunung anjasmoro yang kini telah terkikis sehingga puncaknya menjadi teratur. Zona paling utara di bagian timur Jawa adalah zona lipatan yang terdiri atas pegunungan kendeng di selatan, perbukitan rembang di utara, dan dataran rendah di antara keduanya (periksa juga Watanabe dan Kadar, 1985). Dataran rendah ini dikenal sebagai depresi randubelatung.
2.3 Lithostratigrafi
Urutan lithostratigrafi daerah penelitian dimulai dari batuan-batuan yang paling tua adalah dari formasi semilir, yang terdiri dari perselingan breksi tufa, breksi batu gamping, tufa dasit, tufa andesit, serta batu lempung tufaan. Formasi semilir bersilang dari bawah permukaan dengan batu gamping, batu pasir napalan dan napal dari formasi sentolo.
Di atas formasi semilir diendapkan secara slearas breksi andesit, batu pasir, breksi batu lempung, dan batu pasir dari formasi nglanggran. Di atas formasi nglanggran diendapkan secara tidak selaras setempat-setempat batuan-batuan dari formasi sambipitu, yang terdiri dari perselingan batu pasir dan serpih, kadang-kadang banyak dijumpai batu lanau, batu lempung, dan batu lempung kerikilan.
Di atas batuan-batuan ini diendapkan secara selaras batuan-batuan dari formasi oyo yang terdiri dari kalkarenit, kalsirudit, dan napal. Formasi-formasi tersebut mempunyai umur miosen bawah bagian akhir sampai miosen atas bagian akhir. Di atas batuan-batuan tersier tersebut secara tidak selaras diendapkan alluvial yang berumur denga endapan vulkanik merapi muda. Endpan-endapan tersebut dari pasir, lanauan, pasil kerikilan, lanau, dan lempung yang merupakan endapan pada system sungai. Struktur geologi yang berkembang di daerah penelitian adalah sesar geser dan sesar normal. Struktur kekar erkembang pada batuan batuan yang berumut tersier.
Daerah pengisian (recharge area) terdapat pada tubuh dan kaki dalam Gunung Merapi, sedangkan daerah penelitian merupakan daerah luahan (discharge area). Batuan – batuan yang berumur tersier di daerah penelitian, mempunyai permeabilitas sangat kecil sehingga dalam hal ini dianggap sebagai batuan dasar. Batuan – batuan ini pada umumnya mempunyai produktivitas sangat kecil. Di beberapa tempat muncul mata air dengan debit di bawah 0,5 liter/detik, biasanya air tanah tersebut hanya dapat dipakai untuk keperluan rumah tangga saja. Air tanah pada batuan – batuan ini menempati zona pelapukannya.
Diposting oleh
rizki perdana putra
di
07.49
0
komentar
Kirimkan Ini lewat Email
BlogThis!
Bagikan ke X
Berbagi ke Facebook
Cekungan Jawa
Cekungan Jawa
Berbicara mengenai petroleum geology di daerah jawa maka nantinya akan dijumpai berbagai cekungan yang ada di sepanjang pulau ini. Dari beberapa cekungan tersebut ada yang telah di lakukan eksplorasi dan ada yang belum atau sedang dalam proses penelitian. Untuk wilayah cekungan di pulau jawa ini pada umumnya dibagi menjadi lima daerah cekungan, antara lain akan dijabarkan sebagai berikut :
Cekungan Sunda dan Asri (Sunda and Asri Basins)
Cekungan sunda adalah perpanjangan dari cekungan jawa bagian utara atau disebut dengan asri subbasin. Cekungan sunda merupakan cekungan yang terbentuk relative kecil pada masa kenozoikum. Cekungan sunda merupakan berasal dari back-arc deposentrum atau disebut dengan bagian belakang busur deposentrum pulau Jawa. Dari persepektif hasil eksplorasi, cekungan sunda yang matang merupakan cekungan yang teristimewa. Dari hasil explorasi di daerah Widuri dan lapangan lain yang serupa di bagian utara sub cekungan asri (1980-an hingga 1990-an) menunjukkan bahwa dalam reservoar didalam sub Asri bagian utara (reservoir Talang Akar) akan lebih bisa kembali ditemukan akan potensi keberadaan minyak bumi. Bagian timur sub cekungan Asri jarang untuk dilakukan ekplorasi pengebaoran secara luas. Karena semenjak awal adanya syn-rift didaerah tersebut. Dan untuk mengetahui adanya potensi yang ada didaerah tersebut maka membutuhkan evaluasi lebih lanjut dalam bidang eksplorasi.
Cekungan Jawa Barat Laut (Northwest Java Basin)
Cekungan ini merupakan cekungan belakang busur yang sangat luas dan rumit, yang dimana bagian utara hingga selatannya terdiri dari orientasi sejumlah bentukan struktur halfgraben. Sub-cekungan ini terletak di tepi selatan dari platform Sunda (Reksalegora et al., 1996). Cekungan Jawa Barat Utara memiliki akumulasi Hidrokarbon berlimpah, dan minyak dan gas bumi yang dimana reservoarnya bertumpukan dengan volkanik klastik, karbonatan, dan lapisan coarsesiliciclastic (Noble et al., 1997).
Cekungan Jawa Barat Utara sekarang telah dianggap mature, dengan pembagian untuk bagian atasnya yaitu berupa pasir dari formasi Talang Akar dan diatasnya ditambah dengan karbonat pada jaman Miosen sepenuhnya. Pertimbangan mengenai potensi yang ada didaerah tersebut cukup kecil hingga menengah dan dapat tetap berada dalam pembentukan Jatibarang syn-rift Posisinya lebih rendah dari formasi Talang Akar, dan terletak didalam karbonat formasi Batu raja.
Gambar 1. NW Java Basin dan Sunda asri basin (Suryono et all,2005)
Gambar 2. North West Java Stratigrafi (Noble et all,1997)
Cekungan Jawa Timur (East Java Basin)
Cekungan Jawa Timur adalah merupakan cekungan yang paling struktural dan memiliki stratigrafi yang kompleks dari cekungan belakang busur Indonesia. Dalam hal fasies reservoar, yang berkisar dari Eosen yang berupa bentukan non-pasir laut hingga Volkaniklastik jaman Pleistosen. Cekungan Jawa Timur dalam hal sistem minyak bumi, adalah salah satu cekungan yang paling beragam. Hal ini dilihat dari gambar yang dihasilkan oleh skema lithostratigrafi sangat beragam pada cekungan yang ada di Jawa Timur.
Meskipun cekungan Jawa Timur telah banyak dieksplorasi, potensi minyak masih tetap signifikan dan gas ditemukan di daerah syn-rift klastik Eosen, facies laut dalam Ngrayong pasir, Kujung Rancak reefs, Pliosen Mundu globigerinid batugamping, dan Pleistosen vulkanokalstik.
Dalam mengembangkan infrastruktur dengan mendekati pasar industri perminyakan di Jawa Timur maka akan menyerap setiap penemuan baru. Cekungan Jawa Timur adalah daerah yang paling dicari di Indonesia untuk penawaran areal lahan perminyakan dalam lima tahun terakhir ini, sehingga menjadikan daerah tersebut menjadi tempat "panas" dalam eksplorasi.
Gambar 3. Posisi East Java Basin (Kusumastuti et all,2000)
Cekungan Jawa Barat Daya (Southwest Java Basin)
Cekungan ini telah dibor pada sumur Ujung Kulon-1 (Amoco, 1970) dan Malingping -1 (British Gas, 1999). Dan hasilnya kedua lubang sumur yang dihasilkan kering. Cekungan ini memiliki sejarah yang rumit pasca-keretakan tektonik pada masa jaman Neogen. Adanya Formasi Eosen Bayah dan Formasi Eosen Ciletuh arenites pada formasi jaman Eosen menunjukkan adanya reservoir yang baik (Keetley di al., 1997; Schiller et al, 1991.). Meskipun tidak terdapat pada endapan danau (lacustrine affinity), formasi Bayah terdapat pada endapan delta di daerah Barat daya (SW) dari cekungan Jawa yang memberikan bukti untuk cekungan tersebut, dalam pengembangan reservoir dan source fasies di tahap syn-rift masih termasuk dari pegembangan bagian depan busur. Adanya pasir fan turbidit di Cekungan barat daya Jawa juga menunjukkan cekungan ini memiliki potensi reservoir yang baik.
Gambar 5. Stratigrafi jawa barat daya( Keetly et all, 1997)
Gambar 6. Letak cekungan selatan jawa ( Keetly et all, 1997)
Cekungan banyumas dan selatan jawa (Banyumas-South Central Java Basins)
Sejumlah rembesan minyak (oil seeps) dijumpai di daerah onshore Bayah. Sebuah peningkatan pesat yang dijumpai dalam gradien geothermal di masa Piocene hingga Pleistosen (Soenandar, 1997). Hal tersebut juga sama seperti yang dijumpai di Cekungan Sunda, SubAsri, cekungan Jawa barat laut (NW java basins). Daerah Banyumas, cekungan Jawa Tengah bagian selatan dijumpai rembesan minyak. Rembesan minyak tersebut banyak yang muncul di daerah tersebut. Cekungan Banyumas telah di bor pada sumur Cipari-1 oleh BPM dan Karang Nangka-1, Gunung Wetan-1, Karang Gedang-1 oleh Pertamina.
Beberapa sumur dijumpai adanya keberadaan minyak dan gas. Sumur tersebut tidak bisa menembus lebih dalam dari horison Miosen akhir akibat adanya gangguan mekanis yang dihasilkan akibat adanya tekanan yang berlebih yang dihasilkan oleh serpih (overpressured shale).n Pada sumur Jati-1 (Lundin) yang sedang melakukan drilling didaerah tersebut dapat mengatasi kesulitan operasional ini, hal terebut dilakukan dengan mencoba untuk mengevaluasi bagian lebih dalam sampai Oligosen / Eosen dari dasar Gabon. Potensi reservoir akhir Miosen Halang-Rambatan dijumpai sand volkaniklastik, awal miosen dijumpai Kalipucang reefs, Oligo-Miosen Gabon dijumpai sand volkaniklastik, dan menengah Eosen pada endapan delta Nanggulan dijumpai quartzitic sand, mengalami fold dan fault dalam waktu Miosen akhir. Potensi dari source pada akhir-tengah Eosen tengah daerah Nanggulan / Karangsambung shales (TOC sampai dengan 7,5%) dan awal Miosen bituminous shale Kalipucang / formasi Pemali (TOC sampai dengan 15,6%), hal tersebut bertahan hingga pada saat ini dalam mature window awal pertengahan (Muchsin et al., 2002).
Lepas pantai cekungan Selatan Jawa Tengah telah dibor oleh Alveolina-1 dan Borelis-1 (Jawa Shell, awal tahun 1970-an) daerah tersebut terletak di lepas pantai selatan Yogyakarta. Pada sumur Alveolina-1 dijumpai reservoir yang sangat baik dari Wonosari karbonat berumur tengah-akhir Miosen. Pada sumur Borelis-1 kehilangan reservoir akibat dari adanya perubahan fasies menjadi serpih. Akibatnya kedua sumur kering karena tidak adanya pengisian Hidro karbon (Bolliger dan Ruiter, 1975).
Gambar 7. Daerah cekungan selatan jawa (after Bolliger dan Ruiter, 1975 )
Gambar 8. Hasil coring yang menunjukkan lithologi cekungan selatan jawa
Diposting oleh
rizki perdana putra
di
07.48
0
komentar
Kirimkan Ini lewat Email
BlogThis!
Bagikan ke X
Berbagi ke Facebook