Pages

Selasa, 26 April 2011

Sejarah Gunung Merapi sejak 700 000 tahun yang lalu


Tentunya menghindari bahayanya serta memanfaatkan faedahnya tidak hanya diperlukan ketika sedang membutuhkan saja. Cerita sejarah gunung Merapi juga menarik utk diketahui sebagai pengetahuan bagi kita yang awam volkanologi. Dibawah ini tulisan dari Badan Geologi mengenai sejarah Gunung Merapi yang sedang bergolak.

SEJARAH GEOLOGI

Hasil penelitian stratigrafi menunjukkan sejarah terbentuknya Merapi sangat kompleks. Wirakusumah (1989) membagi Geologi Merapi menjadi 2 kelompok besar yaitu Merapi Muda dan Merapi Tua. Penelitian selanjutnya (Berthomier, 1990; Newhall & Bronto, 1995; Newhall et.al, 2000) menemukan unit-unit stratigrafi di Merapi yang semakin detil. Menurut Berthommier,1990 berdasarkan studi stratigrafi, sejarah Merapi dapat dibagi atas 4 bagian :

isiografi Jawa Tengah bagian selatan-timur

BAB I
GEOLOGI UMUM
  1. Fisiografi
Secara umum, fisiografi Jawa Tengah bagian selatan-timur yang meliputi kawasan Gunungapi Merapi, Yogyakarta, Surakarta dan Pegunungan Selatan dapat dibagi menjadi dua zona, yaitu Zona Solo dan Zona Pegunungan Selatan (Bemmelen, 1949) (lihat Gambar 2.1). Zona Solo merupakan bagian dari Zona Depresi Tengah (Central Depression Zone) Pulau Jawa. Zona ini ditempati oleh kerucut G. Merapi (± 2.968 m). Kaki selatan-timur gunungapi tersebut merupakan dataran Yogyakarta-Surakarta ( ± 100 m sampai 150 m) yang tersusun oleh endapan aluvium asal G. Merapi. Di sebelah barat Zona Pegunungan Selatan, dataran Yogyakarta menerus hingga pantai selatan Pulau Jawa, yang melebar dari P. Parangtritis hingga K. Progo. Aliran sungai utama di bagian barat adalah K. Progo dan K. Opak, sedangkan di sebelah timur ialah K. Dengkeng yang merupakan anak sungai Bengawan Solo (Bronto dan Hartono, 2001).

Jumat, 22 April 2011

Teknologi Petrobras: Buah Riset selama sekitar 50 tahun


No ImageMungkin ada yang penasaran Petrobras yang mulai jadi belalang akhir-akhir ini (maksudte naik daun). Ya Petrobras adalah perusahaan minyak Brasil yang sudah mulai merambah dunia, memperkuat jajaran NOC (National Oil Co) dalam bersaing dengan IOC (International Oil Company).
Cak Min, adalah seorang Geologist Indonesia lulusan Geologi UGM, yg saat ini bekerja di YPF di Spain (Spanyol) mendongeng tentang Petrobras. Cak Minmerupakan salah satu candidate Doctor di bidang Geologi dr Monas University.
Mula-mula Tupi, kemudian Carioca, kedua temuan minyak di laut dalam milik Brasil membuat heboh dunia perminyakan sejak akhir tahun lalu. Kedua prospek yang sudah dibor itu terletak di laut dengan kedalaman sekitar 2000 m dan ditutup oleh sedimen dan garam setebal sekitar 5 km. Reservoir berada di kedalaman sekitar 7 km dari permukaan laut.

Kiamat di Babo (Papua Petroleum Exploration 1930s)


Ini kisah lama, sekitar 75 tahun yang lalu, mungkin masih menarik untuk diketahui lebih luas sebab selama ini hanya tersimpan di buku-buku lama, yang sulit terbuka untuk umum.
Ini kisah eksplorasi minyak di Papua, pulau terakhir yang dieksplorasi Belanda di Indonesia.
Tahun 1935, NNGPM (the Nederlandsche Nieuw-Guinee Petroleum Maatschappij) mulai mengeksplorasi bagian barat Papua (Vogel Kop – Bird’s Head, alias Kepala Burung) seluas 10 juta hektar.
Pulau besar ini belum pernah dipetakan, peta yang ada hanya peta topografi kasar dalam rangka patroli militer. Maka tim besar di bawah pimpinan Dr A.H. Colijn, manajer eksplorasi dari Tarakan, mulai melakukan perkerjaan raksasa memetakan geologi Papua. Dengan berbagai pertimbangan, NNGPM memilih Babo di Teluk Berau sebagai basecamp. Pekerjaan pemetaan di area yang sangat luas ini dilakukan pertama kali menggunakan pesawat terbang. Pesawat amfibi Sikorski yang bisa mendarat di air ditugaskan untuk pekerjaan ini. Para pilot pesawat ini mesti pandai-pandai membaca cuaca yang sering berkabut dan berubah di atas Papua, mereka pun mesti pandai bermanuver di antara celah-celah tebing batuan gamping di beberapa pegunungan Papua. Dari ketinggian 12.000 kaki, beberapa formasi geologi bisa diketahui. Ini adalah pekerjaan awal -semacam reconnaissance survey.

Origin of Petroleum : Biogenic and/or Abiogenic


By Awang H Satyana
Perdebatan tentang asal hidrokarbon apakah digenerasi secara biogenik (organik) dan/atau abiogenik (anorganik) masih terus berlangsung. Kedua kubu pemikiran bisa dipertemukan pada Juni 2005 di Calgary, Canada pada suatu konferensi yang disponsori AAPG –Hedberg Research Conference on “Origin of Petroleum”. Suatu ciri bahwa teori anorganik tidak lagi dipandang apriori. Laporan tentang konferensi ini baru dipublikasikan pada AAPG Bulletin edisi Mei 2008 (Katz dkk., 2008). Laporan ini saya pikir netral alias tidak memihak kepada satu kubu sebab ditulis secara bersama oleh para pendukung teori biogenic dan/atau abiogenic.
Memahami hidrokarbon asal organik atau anorganik tentu bukan sekedar memuaskan dahaga akademik dan sains, teori apa yang diterima atau diterapkan akan menentukan bagaimana suatu strategi eksplorasi dijalankan, ke mana ia akan mengarahkan eksplorasinya, misalnya : ke cekungan sedimen yang menjauhi intrusi magmatik, atau malahan mendekatinya.

Eksplorasi Abiogenic Oil


Orek-orekane Awang
Barangkali masih ingat pelajaran Kimia saat SMA dulu, katalisator adalah zat yang membantu mempercepat suatu reaksi kimia. Sintesis FT adalah paradigma anorganik, jelas tak bisa dikaitkan ke analisis tipe kerogen, TOC, rock-eval pyrolysis. Kalau di lingkungan geotektonik, bahan bakunya hanya CO atau CO2 hasil dekarbonasi karbonat yang masuk ke wilayah termal tinggi dan H dari proses serpentinisasi peridotit yang dibantu air laut.

Bagaimana melakukan peringkat prospek dan menghitung GCF-nya ? Tentu akan lain sekali dengan paradigma organik, juga menghitung volumetriknya. Belum ada yang spesifik tentang hal ini, tetapi yang saya bayangkan adalah menghitung : ketebalan karbonat, domain termal, berapa mudah degradasi termal karbonat, dll. Perangkap, reservoir, penyekat, dan jalur migrasi bisa sama dengan paradigma organik, yang berbeda hanya source rock dan proses maturasi serta ekspulsinya.
Dalam siklus Wilson, kebanyakan sintesis FT di lingkungan geotektonik ini yaitu pada tahapan subduction dan collision, dengan syarat ada lapisan karbonat tebal yang masuk ke zone collision dan subduction. Di Indonesia Timur, kandidat seperti itu banyak terjadi. Kalau benar terjadi, generated hydrocarbons-nya akan masuk ke pro-foreland basin atau retro-foreland basin hasil collision.

Apakah provenance itu ?


Awang Satyana wrote: -apakah provenance itu ?
Saya pilihkan definisi sederhana dari Allen dan Allen (1990, 2005), kebetulan penanya mengaitkannya dengan reservoir migas jadi buku Basin Analysis Allen dan Allen (mereka dua kakak dan adik) mungkin lebih sesuai. Provenance = the likely source areas of sediment for the basin.
-adakah kaitannya dengan reservoar migas seperti batupasir ?
Tentu saja ada, mutlak bahkan. Kualitas reservoir batupasir akan ditentukan oleh apa provenancenya dan bagaimana transportasinya. Provenance yang didominasi metamorf atau melange yang ditransportasi dalam jarak dekat, bukan oleh sistem sungai yang besar, lalu diendapkan tanpa pemilahan yang baik akan menghasilkan reservoir yang buruk. Provenance berupa batugamping akan menghasilkan batupasir yang gampingan. Provenance berupa batuan volkanik yang kurang tertransportasi jauh tanpa sungai yang besar akan menghasilkan kualitas reservoir yang buruk karena dominasi mineral lempung saat terjadi diagenesis.
-apakah hanya sebatas batuan beku yang bisa menjadi provenance batuan sedimen ?
Tentu saja tidak. Semua jenis batuan (batuan beku, batuan metamorf, batuan sedimen) bisa menjadi provenance untuk batuan sedimen. Barangkali bisa dilihat lagi konsep tentang “daur batuan”.

Ngrayong Sandstones – Shelf versus Deepwater : the Debate Continues


By Awang Harun Satyana
Para geologist yang pernah bekerja di Cekungan Jawa Timur mengenal perdebatan ini : Ngrayong sebagai endapan paparan (shelf) dan Ngrayong sebagai endapan lautdalam (deepwater/deep marine). Tidak akan jadi perdebatan kalau yang dimaksud adalah unit Ngrayong di dua tempat sebab wajar saja di satu tempat yang lebih dekat ke darat Ngrayong sebagai endapan paparan, dan di tempat lain yang lebih jauh dari darat Ngrayong sebagai endapan lautdalam. Masalahnya adalah, untuk satu tempat yang sama yaitu di wilayah Cepu, Ngrayong telah ditafsirkan secara berbeda : shelf deposits atau deepwater deposits (?). Lalu persoalan ini makin meluas sebab perdebatan di Cepu itu telah dibawa ke mana-mana di seluruh Cekungan Jawa Timur.
Dua school of thought berkembang : (1) shelf Ngrayong dan (2) deepmarine Ngrayong.

Ekspedisi Satonda 2008, Sumbawa (BPMIGAS) Posted on Desember 9, 2008 by Rovicky


satonda-2
Pulau Satonda dengan danau seluas 0.8 Sq Km di tengahnya
By : Awang Harun S
Ilustrasi : RDP
Menyelami sebuah danau kecil di sebuah pulau kecil bernama Satonda adalah seperti melihat awal kehidupan di planet Bumi. Minggu lalu, kami berempat belas dari BPMIGAS, bersama dua dosen geologi dari UGM (Pak Agus Hendratno dan Pak Salahuddin Husein) dan seorang pejabat sekaligus geologist dari Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) (Pak Heryadi Rachmat) mendatangi pulau di seberang kaki Gunung Tambora, Sumbawa ini.
Mengapa kami jauh-jauh dari Jakarta mendatangi pulau kecil yang gambarnya belum tentu ada di setiap atlas anak sekolah ini ? Untuk mencapainya saja dibutuhkan angkutan udara, darat, dan laut selama 18 jam.
Target utama kami adalah ingin mempelajari “stromatolit” – struktur terumbu gampingan berlaminasi yang tersusun oleh mikroba bakteri dan ganggang (suka disebut sebagai sembulan mikrobialit). Stromatolit mendominasi lautan di planet Bumi pada kurun PraKambrium. Ia adalah bentuk pertama struktur kehidupan yang masif. Organisme mikroba prokariotik yang melakukan fotosintesis ini telah membuat atmosfer Bumi pada PraKambrium yang miskin oksigen menjadi berangsur kaya oksigen. Tragisnya, semakin kaya oksigen, kehidupan multisel semakin berkembang di lautan PraKambrium, dan organisme multisel inilah yang memakan bakteri dan ganggang pembuat stromatolit. Maka, memasuki masa Paleozoikum Atas, struktur stromatolit hampir tidak pernah ditemukan lagi. Lalu mengapa tiba-tiba stromatolit ini muncul di danau modern (Kuarter) Satonda ?

salam, awang harun satyana


1. Cekungan sedimen = suatu depresi/cekungan di kerak Bumi tempat sedimen 
diendapkan dengan ketebalan yang signifikan lebih tebal daripada sekitarnya. 
Cekungan hidrokarbon = cekungan sedimen yang menghasilkan hidrokarbon karena 
syarat-syarat terbentuknya hidrokarbon dipenuhi oleh cekungan sedimen tersebut. 
Misalnya, dari 60 cekungan sedimen di Indonesia (pembagian cekungan sedimen 
berdasarkan klasifikasi IAGI-Ikatan Ahli Geologi Indonesia tahun 1985), 16 di 
antaranya telah terbukti sebagai cekungan yang menghasilkan hidrokarbon. Adapun 
syarat-syarat sebuah cekungan sedimen dapat menjadi cekungan hidrokarbon, ia 
harus : 1) mempunyai batuan induk sumber hidrokarbon, batuan induk itu harus 
matang secara termal sehingga hidrokarbon bisa digenerasikan, 2) mempunyai 
batuan reservoir tempat hidrokarbon tersimpan, 3) mempunyai batuan penyekat 
yang akan mengawetkan penyimpanan hidrokarbon di dalam batuan reservoir, 4) 
mempunyai perangkap -yaitu susunan geometri
 sedemikian rupa antara batuan reservoir dan batuan penyekat sehingga 
hidrokarbon dapat terakumulasi di dalam perangkap tersebut, 5) mempunyai alur 
migrasi, yaitu mengalirnya hidrokarbon dari tempat batuan induk matang 
-kitchen, menuju perangkap. No. 1-5 tersebut dikenal sebagai unsur2 dan proses2 
petroleum system. Hanya cekungan sedimen yang lengkap mempunyai petroleum 
system  yang dapat menjadi cekungan hidrokarbon.

UPAYA REKONSTRUKSI IKLIM PURBA BERDASARKAN SURVEY PALEOOSEANOGRAFI DI PERAIRAN INDONESIA TIMUR (Ekspedisi CORE IT I)


Penulis Artikel Puslitbang Geologi Kelautan : Noor Cahyo D. Aryanto
Kegiatan survei Paleo-Oseanografi (selanjutnya berdasar kesepakatan bersama di atas kapal disebut: Ekspedisi Collaborative Research Indonesian Throughflow I yang disingkat CORE IT I) merupakan riset geologi kelautan kerjasama antara Pemerintah Indonesia (diinisiasikan oleh BPP Teknologi) dengan Pemerintah Amerika (Rutgers University) dengan pendananaan dari Pemerintah Amerika melalui National Science Foundation (NSF).
Latar Belakang
Kegiatan survei Paleo-Oseanografi (selanjutnya berdasar kesepakatan bersama di atas kapal disebut: Ekspedisi Collaborative Research Indonesian Throughflow I yang disingkat CORE IT I) merupakan riset geologi kelautan kerjasama antara Pemerintah Indonesia (diinisiasikan oleh BPP Teknologi) dengan Pemerintah Amerika (Rutgers University) dengan pendananaan dari Pemerintah Amerika melalui National Science Foundation (NSF).
Ekspedisi ini didasarkan pemikiran bahwa dinamika kolam panas Pasifik Barat  (Western Pacific Warming Pool/ WPWP) yang terletak di sebelah timur perairan Indonesia berhubungan erat dengan variasi ENSO (El Nino Southern Oscillation), dimana perubahan ini akan mempengaruhi pula kondisi dan struktur perairan laut Indonesia. Pada saat El Nino terjadi, kolam panas bergeser ke timur dengan kedalaman lapisan termoklin mendangkal di Pasifik sebelah barat dan perairan Indonesia. Kejadian sebaliknya terjadi pada saat La Nina. Instrumen saat ini (mooring) telah berhasil mengamati perubahan ENSO tersebut dalam skala tahunan, tetapi untuk informasi yang lebih panjang sangat terbatas khususnya di wilayah kolam panas Pasifik Barat selama jaman Holosen.

Blacksmokers


Penulis Artikel Puslitbang Geologi Kelautan, Oleh : Dida Kusnida
Kita mungkin pernah melihat atau mendengar sumber mata air panas yang umumnya terdapat di sekitar gunung api.  Namun demikian, sumber mata air panas dapat pula dijumpai di dataran rendah, bahkan terkadang di pantai berupa semburan air panas (geyser) seperti yang terdapat di Cisolok - Palabuhan Ratu, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat.   Keberadaan mata air panas di darat tergantung pada kondisi geologi daerah setempat.  Fenomena keluarnya mata air panas terdapat pula di laut yaitu di sekitar komplek gunung api bawah laut dan sering disebut celah atau cerobong hidrotermal laut dalam.  Cerobong bawah laut ini disebut “black smokers”. Black smokers terlihat berupa struktur cerobong asap yang terbuat dari mineral belerang yang mengandung mineral sulfida yang berasal dari bawah kerak bumi.  Mineral sulfida ini terbentuk pada temperatur 350 oC.
Celah hidrotermal pertama kali ditemukan pada tahun 1977.  Celah-celah ini diketahui berada di Samudera Pasifik dan Samudera Atlantik. Celah-celah ini kebanyakan dijumpai pada kedalaman sekitar 2100 meter di daerah pemekaran dasar laut sepanjang Sistem Punggungan Tengah Samudera, yaitu rangkaian gunung api bawah laut yang memanjang dan meliuk-liuk mengitari bumi.  Celah hidrotermal merupakan fenomena alam spektakuler yang terdapat di dasar lautan.  Air laut merembas melalui rekahan di dasar laut dan terpanaskan oleh batuan cair yang letaknya jauh di bawah kerak samudera dengan suhu mencapai 400 oC.  Cairan panas ini muncul kembali ke permukaan dasar laut dan menyembur melalui celah-celah yang terbuka.  Cairan hidrotermal ini bercampur dengan logam terlarut dan bahan kimia lainnya yang berasal dari kedalaman yang letaknya jauh di bawah dasar laut.  Proses terjadinya hidrotermal bawah laut adalah sebagai berikut (lihat gambar ): 

POTENSI HIDROKARBON PADA SUB-CEKUNGAN BUSUR MUKA SIMEULUE: TANGGAPAN GEOLOGI KELAUTAN SEBAGAI “SECOND OPINION”


Penulis Artikel :
Subaktian Lubis, Susilohadi, Ediar Usman, Moh. Salahuddin, dan P. Hadiwijaya
 Pendahuluan
Berita pada media cetak Jakarta Post, 11 Februari 2008 serta munculnya polemik yang berkembang pada media elektronik tentang ditemukanya cadangan migas raksasa oleh BPPT di cekungan busur muka Simeulue yang terletak di lepas pantai sebelah barat Aceh dengan perkiraan cadangan mencapai 320 milyar barrel telah mengundang berbagai reaksi dari kalangan ahli geologi dan perminyakan Indonesia, karena angka cadangan yang dikemukakan termasuk spektakuler untuk ukuran cadangan pada cekungan-cekungan di Indonesia. Sebagai pembanding bahwa Saudi Arabia, yang mempunyai cekungan-cekungan raksasa dan cadangan terbesar di dunia, hanya mempunyai cadangan terbukti sebesar 264,21 milyar barrel.
Cekungan Simeulue telah menjadi target eksplorasi potensi hidrokarbon sejak tahun 1968 hingga 1978 ketika perusahaan Union Oil melaksanakan kontrak kerjasama eksplorasi. Selama waktu tersebut beberapa pemboran eksplorasi telah dilaksanakan, terutama di daerah dekat pantai pada kedalaman laut kurang dari 200 m (Rose, 1983). Tiga sumur menemukan indikasi adanya akumulasi gas dalam batuan karbonat, tetapi tidak satupun mengindikasikan nilai komersial.
Puslitbang Geologi Kelautan (PPPGL), Balitbang Energi dan Sumber Daya Mineral, Departemen ESDM, sebagai salah satu institusi pemerintah yang mempunyai tugas pokok melaksanakan berbagai penelitian potensi sumber daya mineral dan energi di laut, juga telah melakukan kajian saintifik terhadap beberapa data  seismik yang tersedia di kawasan tersebut. Gambar 1. memperlihatkan fisiografi terbentuknya zona subduksi, prisma akresi, dan cekungan busur luar di sepanjang tepian lempeng aktif Sumatera yang terdiri dari cekungan Simeulue-Sibolga, cekungan Nias dan cekungan Mentawai-Bengkulu.

Gambar 1. Fisiografi cekungan busur muka di sebelah barat Sumatera
Beberapa data seismik yang berkaitan dengan potensi hidrokarbon pada cekungan busur muka di kawasan lain juga digunakan sebagai data pembanding.

JOHN ARIO KATILI

John Ario Katili
John Ario Katili atau lebih kita kenal dengan sebutan J.A. Katili lahir di Gorontalo pada tanggal 9 Juni
1929. Beliau dikenal sebagai salah satu putra terbaik bangsa yang memiliki kemampuan lebih, mulai
dari seorang saintis di bidang geologi, pendidik, birokrat, politisi, serta diplomat sekaligus. Bahkan
Katili juga dikenal pernah mendalami ilmu-ilmu sastra bersama para pakarnya seperti HB Jassin,
Idroes dan AOH Kartahadimaja.
Lulus SMA, meninggalkan Gorontalo beliau memilih Faculteit van Wis en Natuurkunde Universiteit van
Indonesia (FIPIA) yang kemudian menjadi bagian dari Institut Teknologi Bandung (ITB), yang boleh
dibilang saat itu sangat tidak populer dibandingkan dengan fakultas lain yang menghasilkan gelar
seperti insinyur, dokter, atau sarjana hukum. Memilih geologi bagi beliau bukan tanpa alasan. Geologi,
berperan sebagai wahana pengkajian dan pemanfaatan sumberdaya alam, yakni mineral, energi, air
serta penerapan perekayasaan lingkungan hidup dan  mitigasi bencana alam. "Geologi juga disebut
sebagai pemersatu berbagai jenis ilmu pengetahuan, yakni untuk mempelajari bumi, jenis batuan, sifat
kimia dan fisika," tegasnya.

JAMES HUTTON

JAMES HUTTON
BAPAK GEOLOGI MODERN  
KEHIDUPAN DAN KARIER
James Hutton, seorang ahli geologi Skotlandia, juga dikenal sebagai naturalis, ahli kimia dan ahli pertanian. Dianggap sebagai Bapak Geologi Modern karena teorinya tentang ilmu geologi dan waktu geologi. Lahir di Edinburgh pada tanggal 3 Juni 1726 sebagai salah satu dari 5 bersaudara, ayahnya meninggal dunia pada saat Hutton masih muda. Ibu Hutton mengirimnya ke Sekolah Menengah Atas Edinburgh dimana dia tertarik pada matematika dan kimia, lalu pada usia 14 tahun, ia memasuki Universitas Edinburgh sebagai “student of humanity”. Pada usia 17 tahun ia menjadi seorang calon pengacara, tetapi ketertarikannya pada ilmu kimia membawanya menjadi seorang asisten fisika yang juga mempelajari ilmu pengobatan di universitas yang sama pada usia 18 tahun.

Bowen Norman L

Norman L Bowen dikenal sebagai seorang ahli petrologi paling cemerlang di abad ke 20. Bowen lahir pada tanggal 21 Juni 1887 di Kingston Ontario Canada sebagai anak bungsu pasangan William Alfred Bowen dan Eliza Mc Cormick Bowen.
Norman L Bowen dikenal sebagai seorang ahli petrologi paling cemerlang di abad ke 20. Bowen lahir pada tanggal 21 Juni 1887 di Kingston Ontario Canada sebagai anak bungsu pasangan William Alfred Bowen dan Eliza Mc Cormick Bowen.
 Sewaktu masih kecil, Bowen sangat tertarik dengan bekas penggalian batugamping dan batugranit di dekat tempatnya tinggal. Bekas penggalian tersebut terkadang terisi air sehingga membentuk sebuah kolam yang biasa digunakannya untuk berenang pada saat musim panas ataupun bermain iceskating pada saat musim dingin. Pengalaman masa kecilnya inilah yang membuatnya tertarik terhadap dunia batuan sehingga kelak menghantarnya untuk menjadi salah seorang ahli petrologi ternama.